sunset, photographer, nature

4 Tahapan Kehidupan: Cara Menemukan Kebahagiaan Sejati

Kadang kita merasa bingung dengan tujuan hidup, keputusan yang harus diambil, atau bahkan makna dari semua yang sedang kita jalani. Seorang penulis buku terkenal yang berjudul “The Subtle Art Of Not Giving A F*ck”, Mark Manson, memiliki pandangan menarik tentang empat tahap kehidupan yang bisa membantu kita memahami diri lebih dalam. Meskipun artikel ini agak panjang, tapi ini wajib dibaca oleh kamu yang mau lebih memahami tentang tahapan kehidupan. Mari kita bahas!

Tahap Pertama: Bayangan dari Orang Lain

Di awal kehidupan, biasanya kita hanya mengikuti apa yang diajarkan dan diarahkan oleh orang-orang di sekitar kita, terutama keluarga dan lingkungan terdekat. Kita seperti cermin yang memantulkan nilai, keyakinan, dan harapan orang lain. Pada tahap ini, kita cenderung menyesuaikan diri supaya diterima.

Ketika masih anak-anak, kita sering kali tidak memiliki kontrol penuh atas hidup kita. Orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya menjadi pusat pengaruh yang menentukan apa yang kita pelajari, bagaimana kita berpikir, dan bahkan bagaimana kita melihat dunia. Di satu sisi, ini penting karena membantu kita belajar dasar-dasar kehidupan. Namun, di sisi lain, ada risiko bahwa kita terlalu terikat pada ekspektasi orang lain hingga kehilangan identitas sejati.

Contoh nyata adalah ketika kamu memilih jurusan sekolah atau kuliah hanya karena itu dianggap “bergengsi” oleh orang tua atau masyarakat, padahal hatimu sebenarnya tidak merasa cocok. Dalam kasus ini, kamu mungkin merasa tertekan, bingung, atau bahkan kehilangan motivasi di tengah jalan.

Apa yang bisa kamu lakukan? Langkah pertama adalah mulai mendengarkan dirimu sendiri. Cobalah tanyakan: “Apa yang sebenarnya aku inginkan?” Kamu bisa meluangkan waktu untuk mengeksplorasi minatmu. Misalnya, jika kamu suka menggambar, luangkan waktu untuk menggambar setiap hari, meskipun hanya 10 menit. Ini akan membantumu lebih dekat dengan dirimu sendiri dan memisahkan apa yang benar-benar kamu sukai dari apa yang hanya kamu lakukan demi menyenangkan orang lain.

Tahap Kedua: Pencarian Jati Diri

Setelah lepas dari bayangan orang lain, kita sering memasuki tahap di mana kita ingin membuktikan sesuatu. Ini biasanya terjadi di masa remaja hingga dewasa muda. Kita sibuk mengejar mimpi, tujuan, atau bahkan pengakuan dari orang lain. Tahap ini sering kali ditandai oleh ambisi besar, rasa ingin tahu yang tinggi, dan dorongan untuk mencapai sesuatu yang berarti.

Pada tahap ini, kamu mungkin menetapkan berbagai target, seperti ingin masuk universitas terbaik, mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi, atau meraih penghargaan tertentu. Ambisi ini bisa menjadi bahan bakar yang mendorongmu maju, tapi juga bisa menjadi beban yang melelahkan.

Misalnya, bayangkan kamu bekerja keras untuk mendapatkan promosi di kantor. Kamu menghabiskan waktu berjam-jam untuk lembur, mengorbankan waktu bersama keluarga, atau bahkan mengabaikan kesehatanmu sendiri. Pada akhirnya, meskipun kamu berhasil mencapai tujuan itu, kamu mungkin merasa hampa karena tidak benar-benar menikmati prosesnya.

Apa yang bisa kamu lakukan? Fokuslah pada keseimbangan. Mulailah dengan mengenali apa yang benar-benar penting bagimu. Jika kamu merasa bahwa mengejar keberhasilan membuatmu terlalu lelah, cobalah untuk memprioritaskan istirahat dan hubungan sosial. Ingat, hidup bukan hanya tentang pencapaian, tapi juga tentang bagaimana kamu menikmati setiap momennya.

Tahap Ketiga: Rasa Penerimaan

Tahap ini biasanya datang setelah kita menyadari bahwa keberhasilan dan pencapaian bukanlah segalanya. Kita mulai menerima bahwa hidup ini tidak sempurna, dan itu tidak masalah. Kamu mungkin mulai merasa bahwa kebahagiaan bukan berasal dari apa yang kamu miliki, tapi dari bagaimana kamu menjalani hidup dengan rasa syukur.

old man, working, portrait

Rasa penerimaan ini sering kali muncul setelah pengalaman yang mengajarkan kita untuk melihat hidup dengan perspektif yang lebih luas. Mungkin kamu pernah mengalami kegagalan besar yang membuatmu merenungkan kembali apa yang benar-benar penting. Atau, mungkin kamu mulai menyadari bahwa hal-hal kecil dalam hidup, seperti tawa bersama teman atau menikmati matahari terbenam, sebenarnya jauh lebih bermakna daripada kesuksesan besar yang pernah kamu raih.

Pada tahap ini, praktik syukur menjadi sangat penting. Kamu bisa memulainya dengan menulis “jurnal syukur” setiap malam. Tuliskan tiga hal yang kamu syukuri hari itu. Dengan begitu, kamu melatih dirimu untuk fokus pada hal-hal positif dalam hidup, meskipun kecil.

Tahap Keempat: Memberikan Makna

Di tahap ini, fokus kita beralih dari “aku” ke “kita.” Kamu mulai bertanya, “Apa yang bisa aku berikan kepada dunia?” atau “Bagaimana aku bisa membantu orang lain?” Ini adalah tahap di mana kita merasa bahwa hidup kita memiliki tujuan yang lebih besar dari sekadar pencapaian pribadi.

Memberikan makna tidak selalu berarti melakukan hal besar seperti memimpin organisasi amal atau menjadi tokoh masyarakat. Kadang, hal kecil yang kamu lakukan bisa berdampak besar bagi orang lain. Misalnya, menjadi pendengar yang baik untuk teman yang sedang kesulitan, atau berbagi ilmu yang kamu miliki dengan orang-orang di sekitarmu.

Jika kamu ingin memulai, cobalah lakukan satu tindakan baik setiap hari. Tidak perlu sesuatu yang rumit. Bisa sesederhana membantu orang tua di rumah, memberikan pujian tulus kepada teman, atau menyumbangkan pakaian yang sudah tidak kamu gunakan. Dengan berbagi, kamu tidak hanya memberikan kebahagiaan pada orang lain, tapi juga merasakan kepuasan batin yang mendalam.

Apa Tujuannya?

Berprogres dari satu tahap kehidupan ke tahap berikutnya memberi kita kendali lebih besar atas kebahagiaan dan kesejahteraan diri. Setiap tahap mengajarkan kita sesuatu yang berbeda tentang bagaimana menemukan kebahagiaan yang lebih stabil dan bermakna.

Pada Tahap Pertama, seseorang sepenuhnya bergantung pada tindakan dan persetujuan orang lain untuk merasa bahagia. Ini adalah strategi yang buruk karena orang lain sering kali tidak bisa diprediksi dan tidak selalu dapat diandalkan.

Di Tahap Kedua, kita mulai bergantung pada diri sendiri. Namun, kebahagiaan kita masih ditentukan oleh kesuksesan eksternal, seperti menghasilkan uang, mendapatkan penghargaan, mencapai kemenangan, atau pencapaian lainnya. Meskipun ini lebih bisa dikendalikan daripada bergantung pada orang lain, tetap saja kesuksesan eksternal ini sering kali tidak stabil dalam jangka panjang.

Tahap Ketiga berfokus pada beberapa hubungan dan usaha yang telah terbukti bertahan dan bernilai dari Tahap Kedua. Hal-hal ini lebih dapat diandalkan. Dan akhirnya, Tahap Keempat mengajarkan kita untuk menjaga dan merawat apa yang telah kita capai selama mungkin.

Seiring kemajuan melalui setiap tahap, kebahagiaan semakin didasarkan pada nilai-nilai internal yang bisa kita kendalikan dan semakin sedikit bergantung pada hal-hal eksternal yang selalu berubah.

Konflik Antar Tahap

Tahap-tahap yang lebih baru tidak menggantikan tahap sebelumnya. Sebaliknya, mereka melampauinya. Orang di Tahap Kedua masih peduli pada persetujuan sosial, tapi mereka juga peduli pada hal lain yang lebih penting. Orang di Tahap Ketiga masih peduli pada batasan diri mereka, tapi mereka lebih peduli pada komitmen yang telah dibuat.

Setiap tahap adalah penataan ulang prioritas hidup seseorang. Karena itu, saat seseorang beralih dari satu tahap ke tahap berikutnya, sering kali terjadi perubahan besar dalam hubungan dan persahabatan. Misalnya, jika kamu berada di Tahap Kedua bersama teman-temanmu yang juga di Tahap Kedua, lalu tiba-tiba kamu memutuskan untuk menetap dan fokus pada Tahap Ketiga, sementara teman-temanmu tetap di Tahap Kedua, akan ada ketidaksesuaian nilai yang sulit dijembatani.

Secara umum, orang cenderung memproyeksikan tahapan hidup mereka ke orang lain. Orang di Tahap Pertama menilai orang lain berdasarkan kemampuan mereka mendapatkan persetujuan sosial. Orang di Tahap Kedua menilai orang lain dari sejauh mana mereka berani mencoba hal baru. Orang di Tahap Ketiga menilai orang lain berdasarkan komitmen dan apa yang berhasil mereka capai. Sedangkan orang di Tahap Keempat menilai orang lain dari apa yang mereka perjuangkan dan makna hidup yang mereka pilih.

Apa yang Membuat Kita Terjebak

Hal yang sama membuat kita terjebak di setiap tahap: rasa ketidakcukupan diri.

Orang di Tahap Pertama merasa bahwa mereka selalu kurang sempurna dan berbeda dari orang lain. Mereka berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang lain. Tapi, tidak peduli seberapa banyak usaha yang mereka lakukan, mereka merasa itu tidak pernah cukup.

woman, girl, human

Orang di Tahap Kedua merasa bahwa mereka harus selalu melakukan lebih banyak, mencoba hal-hal baru, atau terus meningkatkan diri. Namun, tidak peduli seberapa keras mereka berusaha, mereka merasa itu tidak pernah cukup.

Orang di Tahap Ketiga merasa bahwa mereka belum memberikan pengaruh yang cukup berarti di dunia atau belum membuat dampak di bidang yang mereka tekuni. Tapi, seberapa besar pun yang mereka lakukan, mereka merasa itu tidak pernah cukup.

Bahkan, orang di Tahap Keempat pun bisa merasa terjebak karena takut bahwa warisan mereka tidak akan bertahan atau memberikan dampak signifikan bagi generasi mendatang. Mereka terus mempertahankan, mempromosikan, dan mengamankan warisan mereka, namun tetap merasa itu tidak pernah cukup.

Solusi untuk Setiap Tahap

Solusinya justru kebalikan dari ketakutan kita di setiap tahap:

  • Untuk melampaui Tahap Pertama, kamu harus menerima bahwa kamu tidak akan pernah cukup untuk semua orang sepanjang waktu. Karena itu, buatlah keputusan untuk dirimu sendiri.
  • Untuk melampaui Tahap Kedua, kamu harus menerima bahwa kamu tidak akan pernah bisa mencapai semua hal yang kamu impikan. Karena itu, fokuslah pada apa yang benar-benar penting dan berkomitmen pada hal tersebut.
  • Untuk melampaui Tahap Ketiga, kamu harus menyadari bahwa waktu dan energi terbatas. Karena itu, arahkan perhatianmu untuk membantu orang lain melanjutkan proyek-proyek bermakna yang telah kamu mulai.
  • Untuk melampaui Tahap Keempat, kamu harus menyadari bahwa perubahan tidak bisa dihindari, dan pengaruh satu orang, tidak peduli seberapa besar atau bermaknanya, pada akhirnya akan memudar.

Penutup: Perjalanan yang Tidak Linear

Penting untuk diingat, perjalanan hidup ini tidak selalu linear. Kamu mungkin merasa berada di tahap kedua hari ini, lalu kembali ke tahap pertama esok hari. Dan itu wajar. Hidup adalah perjalanan panjang yang penuh warna.

Jadi, jangan terburu-buru dan nikmati prosesnya. Semoga dengan memahami empat tahap kehidupan ini, kamu bisa lebih mengenal diri dan menemukan makna dalam setiap langkah yang kamu ambil. Karena pada akhirnya, hidup bukan tentang mencapai garis finish, tapi tentang bagaimana kamu menjalani hidup ini dengan sepenuh hati.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top